-->

Lucunya Politik Negeri

Lucunya Politik Negeri
Jokowi dan Prabowo di Pertandingan Silat Putra,Asian Games 2018

Masyarakat umum seringkali beranggapan bahwa dunia politik adalah dunia yang kotor dan penuh sandiwara. Benarkah demikian, penulis-pun beranggapan bahwa itu bisa dikatakan mendekati benar. Dunia politik merupakan ajang bagi mereka yang mempunyai keinginan untuk eksis di negeri atau bahkan untuk mencari segebok uang. Sudah sejak zaman dahulu, Politisi menghalalkan segala cara yang menurut mereka itu sah sah saja asal tidak melanggar undang undang, Pokoknya uang dan kehormatan !

Kebohongan dan Pencitraan yang Berulang Ulang

Dengan entengnya mereka bilang,”saya ini orang yang mulia loh!, orang yang akan menata hiruk pikuk bangsa, percayalah saudara, saya akan menyelamatkan anda semuanya, saya akan ini itu dan seterusnya !”. Itu berkali kali mereka ucapkan ketika akan ‘magang’ entah menjadi Kades, Bupati, Anggota Dewan, Gubernur, atau bahkan Presiden sekalipun. Mereka juga melakukan pencitraan pencitraan murah yang mana masyarakat awam-pun bisa menilai. Mulai dari pakaian yang sopan dan menggunakan atribut agama tertentu, bahkan menjadi ustadz dadakan, Mereka pikir masyarakat akan kepincut.

Alhasil, Masyarakat kepincut beneran gara gara pencitraan mereka. Namun, setelah mereka jadi, Masyarakat akan dilupakannya seolah tidak pernah kenal atau bahkan bertemu. Mereka sibuk untuk mencari ‘Kembalian’ dana yang telah raib selama masa kampanye. Tetapi penulis masih bingung, Masyarakat yang sudah berulang kali di tipu oleh mereka, kok masih mau menggantungkan aspirasi dan pilihannya.


Politik Bunglon

Politisi itu tak ubahnya Anak kecil yang masih labil, gonta ganti pendirian asalkan menguntungkan layaknya Bunglon. Hal ini terjadi di politik negeri dari tingkat kabupaten bahkan sampai politik tingkat atas pun sama, Sama ‘Ra Jelas’ nya. Mereka cepat menyesuaikan atau beralih pandangan tanpa memikirkan ideologi partainya yang kadang berseberangan dengan pilihannya. Seperti contoh, di Pemilu 2009, Gerindra temenan sama PDI-P dan mempunyai musuh yang sama, Demokrat. 

Namun, pemilu 2014 kemarin, PDI-P malah menjadi musuh yang nyata bagi Gerindra sampai saat ini dengan mendirikan Koalisi merah putih. Demokratpun jadi temennya Gerindra, namun lucunya lagi, akhir akhir ini, hubungan Gerindra dan Demokrat sedang tidak akur karena masalah Cawapres. Pokoknya, kepentingan, kepentingan, kepentingan. Tidak masalah bagi mereka walaupun menelan ludah sendiri asal untung.


Politik Mengatasnamakan Agama

Sebenarnya dari dulu sudah ada sih , kelompok politik tertentu yang membawa isu agama tertentu. Namun, pada pemilu 2014 kemarin, politik dengan membawa isu agama sedang subur suburnya. Indonesia dengan agama islam sebagai agama mayoritas seringkali dimanfaatkan oleh mereka,Politisi ‘jancuk’. Yang menyatakan bahwa kelompoknya adalah partai Tuhan, sedangkan oposisinya adalah Partai Setan. Miris, tapi begitulah keadaanya.

Masyarakat Indonesia yang tingkat kefanatikannya melebihi Negara manapun akan mudah ‘digoreng’ isu isu sensitif oleh mereka yang tak tahu diri. Basuki Tjahaya Purnama, bisa dikatakan korban oleh penggunaan Politik atas nama Agama, yang akhirnya kalah di pilkada Jakarta dan kini berakhir nestapa di Rutan Mako Brimob atas kasus yang sama pula. Kini, Isu agama semakin menjadi jadi menjelang Pemilu 2019 yang aktornya sama seperti tahun kemarin,Prabowo VS Jokowi. Sempalan gerakan yang terkenal dengan nama ‘212’ mulai mempopulerkan Tagar #2019GantiPresiden. 

Masyarakat menuding kelompok itu telah menjalankan kampanye ilegal, karena belum waktunya kok sudah ‘keluar’ duluan. Tetapi, dengan bangganya mereka menyatakan bahwa mereka cuma mau ganti presiden saja karena presiden yang sekarang dianggapnya didukung kafir, syiah dan sebagainya. Padahal tokoh tokoh dari mereka sangat dekat dengan salah satu Paslon Pemilu 2019. Kalau ditanya, ganti presidennya siapa, mereka seharusnya akan menjawab “ya, pokoknya ganti presiden , asal ‘Bernapas’, ganti presiden harga mati”.


Politik yang membawa ‘Kesalahan Pemerintah’

Selain kefanatisannya dengan agama, Rakyat Indonesia juga takut dengan isu ancaman keberlangsungan pemerintahan seperti hutang yang menumpuk,10 juta Pekerja Aseng dan asing, Kurs dollar yang memburuk, Pemerintahan Boneka China dan sebagainya. Kelompok Oposisi Politik mulai memproklamirkan bahwa dirinya adalah penyelamat bangsa dari kekacauan dan kesalahan yang dilakukan pemerintah, mereka menganggap bahwa pemerintah telah gagal dan tidak becus mengatasi masalah yang ada saat itu, kalau tidak ada masalah ? ya cari celah kesalahan pemerintah sebanyak banyaknya. Penulis berpendapat, kalaupun mereka yang mendominasi pemerintahan, mereka tidak akan bisa mengatasi masalah yang mudah.

Politisi di Indonesia yang seperti diatas adalah politisi busuk yang hanya ingin cari muka, harta, dan wanita cantik (beneran ini). Mereka bisa dikatakan curang dalam berdemokrasi tetapi sulit untuk ditindak dalam aspek hukum, Penulis berharap masyarakat di Indonesia akan semakin pandai dalam menilai kualitas dan naik turun politik negeri.

Ini juga yang menjadi dasar filosofi Karl Marx yang mendirikan ideologi Marxisme yang menjadi acuan ideologi Komunisme, yang mana saat itu menggencarkan gerakan pemisahan agama dengan politik. Namun, penulis masih percaya, ada mereka ‘Politisi’ yang benar benar bertekad untuk memajukan negeri, meskipun tidak banyak. Percayalah, Seorang yang baik sekalipun rentan menjadi ‘busuk’ kalau masuk kedalam dunia politik. Jadi, hati hati ya kalau ingin masuk kedalam dunia politik. Bukannya melarang, tapi sudah banyak  yang terperangkap. Oke itu saja, Semoga bermanfaat

0 Response to "Lucunya Politik Negeri"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel